Pemuda Perantau dari Ibukota

  • Home
  • Pemuda Perantau dari Ibukota

Hari demi hari saya lewati dengan melakukan apply CV ke perusahaan. Saya cek email saya yang berisi beberapa penawaran pekerjaan. Beberapa menjanjikan posisi yang menarik, ada juga yang bersedia memberikan salary yang menggiurkan. Tetapi dari seluruh tawaran yang saya terima, ada satu penawaran, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang otomotif atau kita bisa sebut mobil bekas (used car) yang menangkap atensi saya.

Saya mendapatkan undangan interview secara online. Tanpa tatap muka. Hal ini membuat saya berpikir sejenak, “Apakah perusahaan ini benar adanya?”. Setelah berpikir sejenak, saya langsung mencari informasi tentang profil perusahaan ini. Saya mendapatkan informasi melalui media sosial & website dan saya mengonfirmasi keberadaan perusahaan ini. Saya pun langsung mantap mengikuti proses rekrutmen yang ada untuk menjadi seorang Warehouse Supervisor.

Setelah menunggu beberapa waktu, akhirnya HR dari perusahaan tersebut kembali menghubungi saya. Mereka mengabari bahwa saya diterima masuk ke perusahaan tersebut. Tetapi, informasinya tidak berhenti di sana. Mereka juga mengabari bahwa penerimaan saya juga datang dengan sebuah kondisi, di mana lamaran penempatan saya yang awalnya untuk Warehouse Jambi, dipindahkan ke Warehouse penempatan di Samarinda.

Karena ini merupakan sebuah keputusan yang menurut saya besar, sontak saya langsung menimbang-nimbang dalam pikiran saya dan akhirnya memilih untuk meminta waktu kepada HR tersebut. Setelah melakukan diskusi dengan keluarga, saya memutuskan untuk mengambil penawaran tersebut, untuk ditempatkan di wilayah Kalimantan.

Saya mengambil keputusan ini berbekalkan keberanian, serta dengan pengalaman saya yang pernah merasakan bekerja di perusahaan Start Up di bidang bisnis otomotif. Dengan pertimbangan ini, saya mantapkan keputusan saya untuk pindah ke kota Samarinda.

Diskusi dengan HR membuat saya mengerti bahwa saya nantinya sudah ada tim di Warehouse Samarinda, penempatan saya bekerja. Tetapi di sisi lain, jujur, saya belum pernah menginjakkan kaki di Samarinda, ataupun pulau Kalimantan. Ini akan menjadi pengalaman pertama saya keluar pulau Jawa untuk merantau sebatang kara, tanpa kenalan dan tanpa teman.

Tibalah waktu saya harus berangkat ke lokasi penempatan tersebut. Tidak lupa saya meminta doa restu kepada ibunda. Saya sampai di bandara Soekarnoe-Hatta pada pukul 12.30 Siang dan mendarat di Samarinda pada pukul 15.30. Dibantu oleh seorang bapak ojek yang bersedia mengantarkan saya ke alamat yang diberikan, saya mencapai lokasi Warehouse tempat saya akan bekerja selanjutnya. Dari yang awalnya koordinasi dan perkenalan dengan tim Samarinda yang dilakuan secara online, pada hari itu, saya bertemu secara langsung dengan mereka.

Seiring dengan berjalannya waktu, saya berniat secara perlahan untuk membantu merapikan dan mengefisiensikan sistem kerja, manajemen, serta operasional yang ada di kantor. Sejauh ini, budaya yang ada di pekerjaan ini menurut saya cukup asyik. Semua orang berbaur dan ramah. CEO perusahaan ini juga selalu menyemangati perusahaannya dengan mengirimkan quotes. Seorang sosok yang menginspirasi saya untuk menjadi seorang yang selalu ramah dan supportif kepada timnya.

Dengan pemimpinnya yang ramah dan rekan kerja yang baik, perusahaan ini sudah di luar ekspektasi saya asyiknya. Lalu, dengan identitasnya yang merupakan perusahaan yang menjual kendaraan bekas, saya berekspektasi mitra-mitra pembelinya akan sombong, ternyata ekspektasinya tetap salah. Mitra-mitra yang membeli kendaraan di perusahaan ini juga bisa diajak berbaur dan bertukar pikiran. Saya pastinya menggunakan kesempatan ini untuk terus berinovasi dan berkolaborasi untuk meningkatkan mutu perusahaan ini.

Sekian cerita perjalanan saya menjadi karyawan baru di Sitama.

Penulis: Muhamad Fuad Martha

Tags: ,

Leave A Comment

one × four =